SULTENG,dotNews.id – Aksi demo yang berakhir ricuh antara warga dan aparat kepolisian menyebabkan satu warga tewas tertembak.
Hal ini ditengarai, adanya unjuk rasa dengan melakukan pemblokiran jalan kembali di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) tepatnya di Desa Siney Kecamatan Tinombo Selatan, Sulawesi Tengah.
Dikutip dari laman okezone.com, awalnya, ratusan warga yang menolak pertambangan turun ke jalan dan menutup ruas jalan Trans Sulawesi sehingga kepolisian datang untuk membubarkan aksi demo tutup jalan tersebut.
Aksi yang berjalan selama 12 jam ini membuat polisi melakukan tindakan atau membubar paksa para unjuk rasa agar jalan bisa digunakan kembali oleh pengguna jalan lainnya.
Tak terima masyarakat akhirnya ricuh dengan aparat kepolisian, hingga saling serang dan menyebabkan satu warga Tinombo meninggal dunia setelah terluka akibat tembakan.
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen pol Rudi Sufaryadi mengatakan, tindakan tegas kepolisian adalah peraturan yang dilakukan. Namun dia menyayangkan ada korban jiwa dari masyarakat. Oleh karena itu, dia akan turun ke lapangan bersama Kabid Propam dan menindak anggotanya yang lalai dalam bertugas. “Karena jalan Trans Sulawesi tidak bisa ditutup, sementara untuk korban yang meninggal Kabid Propam akan turun langsung dan menindak tegas anggota bila melanggar,” tegas Rudi, Minggu (13/2/2022).
Lanjutnya, hingga saat ini kondisi wilayah masih kondusif. Diharapkan semoga ada titik baik antara masyarakat dan pemerintah terkait tambang tersebut.
Diketahui aksi ini dilakukan masyarakat dari tiga Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Tani (ARTI) Koalisi Tolak Tambang (KTT) PT Trio Kencana. Dimana dalam aksi ini, dipusatkan di Tugu Katulistiwa, jalan trans Sulawesi Desa Katulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan. Lokasi tesebut, sebelumnya disepakati sebagai tempat pertemuan Gubernur H Rusdy Mastura dengan ARTI KTT.
(tim)